• RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Sabtu, 25 Juli 2009

Oretan Sore: Di manakah Aku?

Untuk beberapa waktu, kuterdiam, terhenyak di tengah keramaian orang yang sibuk memilih-milih buku di sebuah toko. Kuperhatikan perilaku mereka, mulai dari identitas jender, gaya berpakaian, maupun umur mereka. Yang berjilbab besar, memegang dan membolak-balik buku 300 Kunci Rahmat; seorang lelaki paruh baya memegang Social Theory Today; seorang pemuda nyentrik bergaya sok aktivis memelototi Community Development; dan di pojok selatan, tampak sekilas mirip sosok feminis perempuan menikmati bacaannya dari buku Tubuhku Bukan Milikku, karya Hoigard dan Finstad.
Kubiarkan diriku berjalan mengelilingi toko buku itu dengan pikiran yang penuh dengan perang wilayah kekuasaan imaji dan nalar. Lalu kulihat pula seorang berkacamata minus tebal, tampak dari pakaiannya yang necis adalah seorang dosen atau mahasiswa pascasarjana sedang membaca satu Bab PAR di Handbook of Qualitative Research, (wah orang ini serius amat, batinku!); dan di ujung bagian timur lantai atas kulihat seorang mahasiswa yang sedang mengobok-obok dua buku, Asuransi Syariah dan Manajemen Syariah, milik si Kuat Ismanto.
Di tengah kerumunan itu aku masih saja berjuang menemukan diriku, berusaha menemukan di mana dari sekian bacaan itu aku berpijak. Ku terus saja perhatikan orang-orang yang sibuk memegangi, melihat-lihat, dan membaca meski ada yang cuma membaca cover belakangnya saja. Ya, buku-buku itu pernah aku baca semua. Tetapi aku selalu bertanya, di manakah aku, di manakah aku?

Saifuddin Zuhri Qudsy